Wednesday, December 17, 2014

Pintu Toilet Pemberi Kenangan

Hai para pembaca yang masih setia menemani saya :D
Aduh, senang sekaliiiiii...
Gue mau bercerita lagi.
Iya, akhir-akhir ini gue emang suka nyeritain kisah-kisah masa lampau gue.
Gue dulu abnormal, eh NGGAK ding, maksudnya kisah hidup gue yang abnormal.
Kalau sekarang mah gue lebih sering berkutat sama tugas akhir kuliah.

Toilet itu adalah ruangan tempat kita melakukan sebuah proses kelangsungan hidup.
Seperti ya, you know, gak perlu gue jelasin lagi kan di sini?
Dan pintu toilet adalah sebuah benda yang digunakan untuk menjaga privasi.
Gue pernah bermasalah sama pintu toilet.
Kejadian ini terjadi pada awal-awal gue masuk kuliah.
Sekitar dua setengah tahun lalu...

Pada suatu hari, gue pergi makan sama temen-temen gue di salah satu restoran fast food di pulau Batam.
Tepatnya K#C.
Makannya di lantai 2.
Sebelum gue makan, gue cuci tangan.
Setelah gue makan, gue cuci kaki.
Gue duduk-duduk bentar dan ngegosip bareng temen-temen gue yang semuanya cowok *anak SI emang punya temen cowok lebih banyak.*
Nggak lama kemudian, datanglah sesuatu melanda dan merengek minta dikeluarin.
Tidak lain tidak bukan adalah air kecil.
Gue berangkat menunaikan tugas gue yang tertunda.
Dengan tenang gue dorong pintu toilet, toilet cewek tentunya...
BERAT~
Itu pintu toilet paling berat yang pernah gue dorong.
Desain toiletnya juga gak banget.
Lebih tinggi dari lantai.
Biasanya kan lebih rendah 1 cm gitu...

Setelah menunaikan tugas, gue berniat kembali ke tempat gue duduk tadi bersama para manusia jones itu *termasuk gue masih jones waktu itu.*
Gue tarik pintu toilet.......
Bukan... bukan muncul cowok cakep di hadapan gue -.-
Pintu toilet menutup lebih cepat dari perkiraan gue.
Seharusnya sebelum gue keluar dari toilet, gue hitung dulu tekanan dan massa pintu sehingga gue mendapatkan berapa kira-kira kecepatan pintu itu.
Naasnya, kaki kanan gue masih ketinggalan di dalem sementara kaki kiri gue udah di bawah duluan.
Kaki kiri gue sungguh nggak berperikakikananan, dia ninggalin soulmatenya begitu aja.
Alhasil, kaki kanan gue kejepit.
Gue merasakan sakit.

Gue duduk kembali.
Beberapa detik kemudian terasa ada cairan mengalir.
Gue liat ke arah kaki gue yang tadi kejepit, berdarah.
Gue histeris.

"Aaa... kaki gue berdarah," kata gue.
"Kok bisa?" tanya temen gue.
"Tadi kejepit pintu toilet," kata gue.
"O," temen gue merespon.

Mereka sibuk ngegosip lagi.
Gue sibuk ngelapin darah pake tissue yang terbatas.
Sampe tissue bekas lap tangan, lap mulut, atau lap ingus juga gue pake.
Darahnya masih melorot terus.
Gue ngerengek minta pulang...

Dan bekas luka kenangan dari pintu toilet K#C masih membekas di kaki gue sampe sekarang.
Semenjak itu, gue gak pernah menginjakkan kaki di toilet K#C itu lagi.
Sampai baru-baru ini gue memasuki toilet naas itu.
Penuh kehati-hatian dan perhitungan yang detail.

Readers, berhati-hatilah di mana pun kalian, termasuk di toilet.
BE AWARE!!!

Wednesday, December 3, 2014

Akhirnya...

Haiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii, para orang asing di seberang sana.
Sapaan gue hari ini emang agak nyelonoh.
Sedikit berlebihan.

Iya, soalnya hari ini adalah hari yang bersejarah.
Hari yang menunjukkan kalau gue udah harus menyongsong masa depan yang lebih menantang.
Hari ini adalah hari jadi gue.
KP alias Kerja Praktek gue akhirnya selesai dan diterima juga sama dosen pembimbing dan penguji.
Itu tandanya gue udah harus mulai fokus sama skripsi gue.

Oke, sekarang posisi gue lagi di lab kampus.
Lagi menikmati internet gratisan.
Gue kuliah di sini selama bertahun-tahun tapi jarang banget dapet internet gratisan.
Biasanya gue bawa modem sendiri.
Dan gue harus berterimakasih sama temen gue, anak jaringan.
Karena dia...
Semua karena dia.
Gue bisa menikmati fasilitas kampus karena dia.
Makasih, si monyet Lusi *gue ditabok gak ya kalau dia baca ini?*

Oke lah, segini dulu.
Bye...

Monday, December 1, 2014

Romansa Gue dengan Anjing (2)

Hi,Strangers.
Udah Desember aja.
Artinya tahun depan udah tahun baru, 2015.
Tapi masih.......
Balik lagi sama cerita gue.
Kali ini menceritakan kisah gue sama makhluk yang namanya anjing lagi.


Sistem pemeliharaaan anjing di perumahan Jakarta sama di Batam emang berbeda.
Kalau di perumahan Jakarta, anjing itu dibiarin jalan ke sana dan ke sini.
Kalau ada anjing yang gak tahan sama majikannya, anjingnya akan kabur sejauh mungkin.
Lalu gak lama kemudian, brosur-brosur "WANTED!" bertempelan di tiang-tiang listrik.
Ya, kerjaan siapa lagi kalau bukan kerjaan majikannya.
Kadang ditunggu majikannya sampe berjenggot juga anjingnya gak mau balik lagi.

Ada juga yang sistem pemeliharaannya berlebihan.
Ada...

Jadi di suatu siang, gue baru selesai mengikuti pelajaran olahraga.
Sekolah gue berada di dalam kompleks perumahan gue.
Jadi gue masih bisa ngeliat anjing-anjing berkeliaran dan keganjenan.
Salah satu tetangga sekolah gue bawa anjingnya jalan-jalan.
Anjingnya Herder (lagi) tapi gue gak tau namanya.
Gue tanya namanya, dia nggak jawab jadi nggak kenalan.
Warna putih kalo seinget gue, nggak sedekil si Max, tapi gede.
Pokoknya gede, pake banget.
Tingginya hampir sama kayak tinggi gue -gue kayaknya masih SD.-

Anjingnya dibawa jalan sekaligus sama rumahnya alias kandang.
Iya lah, anjing segede itu masa iya gak dikandangin.
Bisa-bisa yang gerobak bakmi, tekwan, siomay, dan nasi uduk di depan sekolah gue diratain sama si anjing itu.
Kandangnya beroda lagi.
Majikannya lagi bawa anjing itu jalan-jalan dan ngelewatin lapangan sekolah gue.
Dan gue liat majikannya sengsara banget narik kandangnya.
Gue dalem hati berkata, "Emang enak punya anjing gede gitu. Ngos-ngosan kan nariknya."

Temen gue sok akrab sama anjingnya.
Dia ngelus-ngelus punggung si anjing.
Si anjing spontan gonggongin temen gue.
Dan masih nggak kapok, makin banyak yang main sama si anjing.
Gue menjauh dari anjing itu sebelum gue nularin rabies gue ke Herder Big Size.

Dan besok-besoknya gue gak pernah ngeliat anjing itu lagi.
Mungkin udah dijual sama majikannya ke orang yang lebih bertenaga.
Atau mungkin si Herder udah jadi anjing polisi yang dapet penghargaan.


Ya udah deh, segitu aja dulu.
Makasih selalu saya sampaikan :]